SibaragasNews.Id | Stok mi instan Indomie dilaporkan kosong di sejumlah toko di Medan, Sumatera Utara.
Salah satu pegawai minimarket bernama Muhammad Nasir, mengaku direpotkan oleh pertanyaan pelanggannya soal stok Indomie yang habis di rak-rak toko.
Baca Juga:
Buntut Penarikan Indomie, YLKI Minta BPOM Revisi Regulasi Etilen Oksida
Menurutnya, di toko yang dijaganya memang belum datang lagi pasokan Indomie dalam beberapa minggu terakhir.
Sedangkan untuk stok mi instan merek lainnya, masih cukup tersedia.
"Pembeli datang dan mempertanyakan kenapa tidak ada lagi Indomie di rak? Kami memang belum terima pengiriman baru lagi beberapa minggu terakhir. Kami juga bingung harus bilang apa ke mereka (pembeli)," kata Nasir, dikutip dari Aljazeera, Senin (21/3/2022).
Baca Juga:
Taiwan Sebut Picu Kanker, YLKI Minta BPOM Audit Produk Indomie
Tak hanya Indomie yang stoknya langka.
Di Medan, rupanya harga mi yang biasa digunakan sebagai pelengkap bakso dan masakan lainnya juga naik.
Hal tersebut diungkapkan Fariz, salah satu karyawan Bakso Anjar.
Fariz menyebut, sebelumnya membeli mi untuk bakso seharga Rp 98 ribu per bungkus.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir, harganya melonjak jadi Rp 102 ribu.
Meski begitu, Fariz mengungkapkan stok Indomie di tempatnya masih mudah dicari.
“Tetapi kalau nantinya stok langka, kami akan mencari alternatif dari merek lain,” kata Fariz.
Indomie menjadi salah satu mi instan paling populer tidak hanya di Indonesia, tapi juga di banyak negara di dunia.
Produksinya mencapai 19 miliar bungkus setiap tahun dan dijual ke lebih dari 100 negara.
Namun, perang di Ukraina disebut menghambat pasokan gandum ke Indonesia.
Padahal, gandum merupakan bahan baku untuk membuat Indomie.
Begitu juga dengan jenis mi lainnya untuk pelengkap makanan seperti bakso dan mi ayam.
"Sejauh ini, dampak konflik terhadap pasokan gandum Indonesia masih belum jelas, meskipun bukti anekdot dari toko-toko dan restoran lokal menunjukkan bahwa produk-produk yang terbuat dari bahan pokok semakin sulit ditemukan," demikian laporan media yang berkantor pusat di Doha, Qatar, itu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Ukraina mengekspor hampir 3 juta ton gandum dan meslin atau sereal yang terdiri dari campuran gandum dan gandum hitam ke Tanah Air pada 2020.
Ini menjadikan Indonesia pengimpor gandum terbesar.
Sebab, pada tahun yang sama, Argentina mengekspor 2,63 juta ton gandum dan meslin ke negara Asia Tenggara itu, sementara Australia di dekatnya menyediakan hampir 831 ribu ton.
Asisten peneliti di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Lestary Barany, mengatakan, sudah ada bukti pasokan gandum ke berbagai negara, termasuk Indonesia, terganggu akibat perang Ukraina dan Rusia.
"Ketika Rusia menginvasi Ukraina, aktivitas di pelabuhan Ukraina berhenti. Banyak lumbung terletak di timur, dekat dengan daerah yang diduduki pasukan Rusia. Dengan begitu, ancaman dari sisi pasokan bahan-bahan ini menjadi lebih nyata," kata Barany kepada Aljazeera.
Hingga kini, manajemen Indomie belum merespons pesan media mengenai habisnya stok Indomie di Medan. [as/gun]