SibaragasNews.Id | Pada tahun 2060, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai target net zero emission.
Untuk mencapai target ini, Indonesia sedang berproses melakukan energy transition mechanism dan juga mendorong penggunaan energi bersih.
Baca Juga:
Komitmen PLN Salurkan Energi Bersih demi Mendorong Kolaborasi Pelestarian Lingkungan
Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nyoman Puspa Dewi mengungkapkan, Indonesia menargetkan akan memiliki pembangkit energi bersih sebesar 587 gigawatt pada 2060.
Hal itu sebagai bentuk komitmen pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mencapai target netralitas karbon di dalam negeri.
"Semua listrik akan dihasilkan oleh pembangkit listrik energi baru terbarukan dengan berfokus kepada pembangunan energi terbarukan variabel," ujarnya dalam keterangan kepada media, Jumat 20 Mei.
Baca Juga:
Salurkan Energi Bersih, Wujudkan Kolaborasi: PLN Bidik Porsi Pembangkit EBT 75% Tahun 2030
a merinci, berdasarkan rencana pengembangan pembangkit energi bersih yang tertuang dalam peta jalan transisi energi, pemerintah menargetkan kapasitas PLTS sebesar 361 gigawatt, PLTA 83 gigawatt, PLTB 39 gigawatt, PLTN 35 gigawatt, PLTBio 37 gigawatt, PLTP 18 gigawatt, dan pembangkit arus laut sebesar 13,4 gigawatt.
Sementara itu dari sisi pumped storage direncanakan mencapai 4,2 gigawatt, baterai 140 gigawatt, dan hidrogen 52 gigawatt.
Kami fokus untuk melakukan mitigasi perubahan iklim melalui komitmen mencapai target netralitas karbon," ujar Puspa.
Ia menambahkan, teknologi super grid dan smart grid adalah pemodelan Kementerian ESDM yang bisa menggambarkan potensial energi yang dipilih.Kedua teknologi itu merupakan kunci meningkatkan penetrasi energi baru terbarukan yang menghubungkan listrik di setiap pulau di Indonesia.
Super grid adalah jaringan transmisi area luas yang umumnya lintas benua atau multinasional. Jaringan ini memungkinkan perdagangan listrik dalam jumlah besar melintasi jarak yang jauh.
Sedangkan smart grid merupakan inovasi yang memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi, komputer, dan siber untuk dapat melakukan pengendalian dan pengoperasian sistem tenaga listrik dalam menyalurkan tenaga listrik.
Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM terkait kebutuhan investasi untuk mencapai target netralitas karbon, Indonesia setidaknya membutuhkan uang sebesar 1.177 miliar dolar AS atau 29 miliar dolar AS per tahun agar sektor kelistrikan bisa nir emisi pada 2060.
Angka tersebut terdiri dari kebutuhan investasi di pembangkit energi terbarukan sebesar 1.042 miliar dolar AS dan transmisi yang mencapai 135 miliar dolar AS.
Sebelumnya, Kementerian ESDM mengungkapkan Kebutuhan listrik Indonesia di tahun 2060 diproyeksikan sebesar 1.885 Terawatt Hour (TWh), di mana demand PLN sekitar 1.728 TWh, dan demand non-PLN sekitar 157 TWh. Sementara proyeksi konsumsi listrik perkapita akan mencapai lebih dari 5.000 KWh/kapita di tahun 2060.
"Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut, dan dalam mencapai NZE, maka dibuat peta langkah-langkah kebijakan yang perlu diterapkan, yaitu antara lain phasing out PLTU Batubara, pengembangan EBT secara masif, dan pengembangan interkoneksi supergrid Indonesia, serta pelaksanaan konservasi energi," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. [as/Tio]