SibaragasNews.Id | Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir minta PT PLN (Persero) untuk berbisnis di luar dari pengembangan pembangkit kelistrikan.
Dalam hal ini, Erick Thohir meminta kepada PLN untuk mengembangkan bisnis 'beyond kWh' di luar kelistrikan.
Baca Juga:
Ultimatum Keras Setelah Kekalahan Telak Timnas dari Jepang, Erick Thohir Ancam Mundur dari PSSI
Dengan masuknya PLN, ke dalam unit-unit bisnis diharapkan PLN bisa memperoleh pemasukan baru bagi bisnis perusahaan.
Maklum, kondisi keuangan perusahaan setrum negara ini sedang berat. Jadi PLN bisa mengembangkan lini bisnis seperti kabel dan fiber optic.
"Karena kalau dulu berbicara listrik masuk desa sekarang Wifi masuk desa. Kita punya jaringan itu sayang kalau tidak dimaksimalkan dan ongkosnya sudah nempel. Bukan sesuatu yang baru, yang harus diinvestasikan secara besar besar besaran oleh PLN," ujar Erick, Kamis (7/4/2022).
Baca Juga:
Menteri BUMN Angkat Kembali Darmawan Prasodjo sebagai Dirut PT PLN
Di samping itu, Erick membeberkan dengan adanya digitalisasi yang terus berkembang saat ini, bukan tidak mungkin infrastruktur yang dimiliki PLN dapat menjadi buffer atau pertahanan penetrasi digital internasional. Entah itu HealthTech maupun EduTech yang memerlukan infrastruktur.
Sehingga ia berharap supaya generasi muda PLN dapat merubah pola pikirnya untuk memastikan bahwa ekonomi bukan lagi berdasarkan kekuasaan jaringan namun berdasarkan inovasi.
Apalagi berdasarkan info yang dia terima 65% pekerja PLN merupakan generasi milenial.
Erick Thohir juga mendorong PLN untuk membangun ekosistem mobil listrik di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan tujuan pembentukan Holding PLN yang salah satu intinya untuk memperkuat ekosistem tersebut.
Menurut Erick PLN harus ikut ekosistem mobil listrik yang saat ini terus berkembang. Pasalnya, mau di rumah atau pinggir jalan mobil listrik membutuhkan aliran setrum dari PLN.
"Mengapa holding ini terbentuk untuk memperkuat bagaimana kita ikut pembangunan ekosistem EV baterai. Mobil listrik ini kita harus ikut, karena ini perubahan yang terjadi dan jantungnya di PLN," ungkap Erick.
Oleh sebab itu, dia mendesak agar pabrikan mobil listrik yang ada di Indonesia dapat mengikuti kebijakan yang dibuat PLN.
Misalnya seperti tipe colokan di charging station. Ia berharap Indonesia yang dapat menentukan colokan tersebut.
"Hal kecil yang saya berbicara, charging dari listrik saya lihat charging ini bentuknya macam-macam, Ada yang bulat ada yang gepeng kebayang gak kalau colokan listrik di Indonesia beda-beda ini market kita. Kalau bisa colokan mobil kita yang nentuin kalau gak jangan isi listrik di sini," kata Erick.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan sebanyak 1.000 unit sepeda motor berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) dikonversi menjadi motor listrik pada 2022 ini, naik dari 100 unit pada 2021.
Sebagai upaya mendukung program pemerintah tersebut, PT PLN mempersiapkan penyediaan infrastruktur, salah satunya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Pada 2022 ini ditargetkan sebanyak 580 unit SPKLU bisa dimanfaatkan para pemilik kendaraan listrik di Tanah Air. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan realisasi SPKLU pada 2021 yang telah dibangun sebanyak 190 unit.
Hingga Februari 2022, total stasiun pengisian daya kendaraan listrik ini tercatat sebanyak 267 unit di 195 lokasi. Adapun jumlah stasiun pengisian daya kendaraan listrik yang dimiliki PLN tercatat sebanyak 120 unit tersebar di 92 lokasi.
Sementara sampai dengan Maret 2022, pemerintah telah menyelesaikan konversi 100 unit motor BBM ke motor listrik sebagai tonggak awal pemasifan kendaraan listrik.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menargetkan 1.000 motor BBM akan terkonversi ke motor listrik sepanjang tahun ini.
"Dengan target konversi sebanyak 1.000 unit sepeda motor diharapkan mendorong keterlibatan aktif para pelaku usaha komponen motor listrik konversi, controller, penyedia baterai untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan kandungan lokalnya sehingga harga keekonomian mesin konversi lebih terjangkau," ujar Arifin.
Pemerintah menargetkan terdapat 13 juta motor listrik dari motor listrik baru maupun hasil konversi beredar di publik pada 2030 mendatang.
Arifin berharap program ini dapat menjadi daya tarik untuk mendorong tumbuhnya industri kendaraan bermotor listrik di Indonesia yang mandiri. [as/qnt]